Rabu, 08 Juni 2011

PENGGUNAAN KERAKAL PADA PEMUKIMAN MASYARAKAT MAJAPAHIT


I. Pendahuluan
Pada tanggal 20 sampai dengan 27 Juni 2010, saya melakukan ekskavasi dalam rangka kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) arkeologi. Kegiatan tersebut dilangsungkan di Situs Umpak Sentonorejo, dukuh Kedaton, desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Pada bagian sisi sebelah timur Situs tersebut merupakan Sektor ekskavasi yang saya lakukan bersama dengan kelompok besar yang tergabung dalam KKL arkeologi. Dalam Sektor telah terpasang tali yang membentuk garis sumbu kuadran yang berorientasi tepat ke arah utara, barat, selatan dan timur. Garis sumbu tersebut dijadikan acuan dalam mementukan grid layout kotak gali yang berukuran 2x2 meter. Titik pusat perpotongan sumbu pada Sektor tersebut dijadikan sebagai datum primer dengan ketinggian 39,39 mdpl (meter dari permukaan laut). Pada tahun 2009 pernah dilakukan ekskavasi serupa di dalam Sektor tersebut, jadi ekskavasi yang kami lakukan kali ini merupakan usaha untuk melanjutkan kegiatan ekskavasi sebelumnya untuk meneliti sebaran temuan di dalam Sektor ini. Berikut saya uraikan secara singkat hasil kegiatan ekskavasi yang kami lakukan:
Pada kegiatan KKL ini, saya tergabung dalam kelompok III yang beranggotakan 5 orang. Kami memutuskan untuk membuka kotak AE’23 dengan mengacu pada kotak AE’24 yang terletak bersebelahan di sebelah timur. Kotak AE’24 merupakan kotak yang pernah digali tahun 2009, kotak ini digali sampai kedalaman 38,83 mdpl atau 56 cm dari ketinggian datum primer sektor. Pada penggalian di Kotak AE’24, ditemukan struktur bata yang tersebar di bagian sisi timur laut kotak. Struktur bata tersebut berorientasi dari tenggara ke arah barat laut. Selain ditemukan struktur bata, di kotak AE’24 terdapat sebaran kerakal yang mendominasi permukaan dasar kotak. Temuan kerakal tersebut tersebar secara menyeluruh dan teratur. Temuan kerakal pada kotak AE’24 itulah yang membuat kami tertarik dan menjadi referensi kami untuk membuka kotak di sebelah barat kotak AE’24 yaitu kotak AE’23. Kami ingin melihat kesinambungan sebaran kerakal tersebut.
a. TRW/KDT/AE’23/2010
Pada kotak AE’23, kami menggali sebanyak 7 lot. Lot ○7 memiliki kedalaman terendah 47 cm atau 38,81 mdpl dari datum primer kotak yang memiliki ketinggian 39,28 mdpl. Datum primer kotak AE’23 terletak di sudut barat laut. Pada kotak AE’23 ditemukan temuan berupa potongan bata berukuran kecil serta pecahan genteng, tembikar dan keramik. Pada lot ○1 ditemukan temuan logam tidak dikenal yang bentuknya mirip dengan pengait jendela, temuan logam ini ditutupi oleh karat di seluruh bagian permukaannya. Pada lot ○6ditemukan temuan uang logam yang dikenal dengan uang kepeng cina karena terpahat huruf cina pada permukaannya. Pada bagian dasar permukaan kotak AE’23 ini sesuai dengan referensi dari kotak AE’24, kami menemukan sebaran potongan bata yang letaknya tidak beraturan di sisi utara dan tenggara kotak, dan sesuai rencana utama kami, terdapat sebaran kerakal yang menutupi seluruh permukaan kotak gali. Kami duga sebaran kerakal di kotak AE’23 merupakan kesinambungan sebaran yang berorientasi pada kotak AE’24 yang menjadi referensi awal kami.
b. TRW/KDT/AE’22/2010
Setelah mencapai lot ○7 di kotak AE’23, kami memutuskan untuk membuka kotak AE’22 yang terletak di sebelah barat kotak AE’23. Kami ingin melihat sejauh mana kesinambungan sebaran kerakal yang berorientasi pada kotak AE’23 dan AE’24. Dp kotak AE’22 terletak pada sudut barat laut kotak dengan ketinggia 39,28 mdpl. Pada kotak AE’22, kami menggali sebanyak 3 lot dengan kedalaman terendah di lot ○3 adalah 45 cm atau 38,83 mdpl. Sama seperti di kotak AE’23, di kotak AE’22 ditemukan potongan bata berukuran kecil serta pecahan genteng, tembikar dan keramik. Sesuai dengan dugaan kami, orientasi sebaran kerakal dari kotak AE’23 dan AE’24 berkesinambungan dengan kotak AE’22, bahkan pada kotak AE’22, kerakal tersebar secara teratur dan menyeluruh menutupi seluruh permukaan dasar kotak gali AE’22.

II. Analisa sebaran kerakal
Sebaran kerakal yang di temui di kotak AE’24, AE’23 dan AE’22 bahkan berlanjut hingga ke arah utara dan barat laut yaitu kotak AD’22 dan AD’21. Akan tetapi, pada kotak AD’21 dan AD’22 sebaran kerakal hanya di temui pada sisi selatan dan barat daya. Kotak AD’21 dan AD’22 didominasi oleh sebaran srtruktur bata yang keletakannya memiliki orientasi tenggara-barat laut. Pada Situs Lantai segi enam juga ditemukan sebaran kerakal yang tersusun rapi dan dibatasi oleh struktur bata yang memanjang menyerupai jalan setapak. Selain di Situs Lantai segi enam, temuan sebaran kerakal juga di temukan pada Situs penggalian di sekitar Gedung PIM (Pusat Informasi Majapahit), Situs Sumur Upas dan situs-situs pemukiman Majapahit lainnya yang tersebar di sekitar wilayah kecamatan Trowulan. Pada Situs pemukiman Majapahit di sekitar Gedung PIM, ditemui temuan sebaran batu kerakal yang tersusun dengan rapi yang dikotak-kotakkan dengan ukuran bervariasi. Saya lihat rata-rata lebih dari 4x4 meter. Sebaran kerakal tersebut dibatasi oleh struktur bata berorientasi arah tenggara-barat laut yang diperkirakan sebagai pondasi dari bangunan. Pondasi bangunan tersebut mungkin adalah pondasi rumah dan sebaran kerakal yang dibatasi oleh struktur pondasi tersebut kemungkinan adalah bagian dari halaman rumah. Saya lihat berdasarkan temuan batu kerakal yang ditemukan dari berbagai situs di Trowulan, saya menarik analisa secara garis besar sebaran temuan batu kerakal yang terdapat pada kotak AE’24, AE’23 dan AE’22 di Sektor yang terletak di dalam Situs Umpak Sentonorejo memiliki kemiripan. Sesuai dengan struktur bata yang terdapat pada kotak AD’22 dan AD’21 yang menjadi batas dari sebaran kerakal juga memiliki orientasi arah tenggara-barat laut, sama persis dengan yang dijumpai di Situs-situs pemukiman yang tersebar di kecamatan Trowulan. Struktur bata yang ditemukan di kotak AD’22 dan AD’21 tersebut mungkin adalah pondasi dari sebuah bangunan karena memiliki orientasi lebih jauh ke arah utara. Saya tidak bisa menyimpulkan temuan sebaran batu kerakal yang terdapat di kotak AE’24, AE’23 dan AE’22 apakah merupakan bagian dari halaman rumah atau sebuah jalan setapak, karena untuk mengetahui itu, harus membuka kotak-kotak gali di sebelah selatan, di sebelah timur dan di sebelah barat yang sampai saat ini belum pernah dibuka untuk melihat sampai sejauh mana kesinambungan sebaran temuan batu kerakal itu berlanjut.

III. Fungsi batu kerakal di dalam arsitektur masa kini
Penggunaan batu kerakal dalam arsitektur bangunan masih populer hingga saat ini. Pada zaman modern saat ini penggunaan batu kerakal lebih kearah kebutuhan artistik bangunan. Penggunaan batu kerakal dalam arsitektur bangunan saat ini tidak hanya digunakan pada bagian lantai atau halaman rumah, tetapi juga batu bisa digunakan untuk bagian dinding rumah, atau hiasan. Penggunaan batu pada bangunan rumah membuat suasana terasa natural dan teduh. Pada pembahasan kali ini perhatian tertuju pada penggunaan batu kerakal dalam halaman rumah atau untuk jalan setapak. Batu kerakal digunakan sebagai objek pendukung untuk menghias halaman. Batu-batu kerakal disebar dengan tersusun rapi secara merata dihalaman, menjadikan halaman rumah terkesan sejuk. Selain itu, penggunaan batu kerakal untuk halaman rumah juga berfungsi untuk relaksasi kaki (Solehuddin: 2009) dan menjadikan halaman rumah selalu tampak bersih. Penggunaan batu kerakal untuk halaman rumah relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan pemasangan paping blok atau batu templek. Penggunaan batu kerakal untuk jalan setapak saat ini biasanya tampak di lokasi-lokasi wisata alam, terutama lokasi wisata di pegunungan. Jalan setapak yang berkelok-kelok dan membentuk tangga biasanya memakai batu kerakal sebagai bahan pendukung utama sehingga memberikan sugesti kepada pengunjung agar terasa sangat alami.
Batu kerakal yang digunakan tentu saja bukan sembarang batu. Batu kerakal yang digunakan untuk halaman rumah biasanya adalah jenis batu kali atau batu bronjol yang memiliki tekstur halus dan keras berbentuk bulat-lonjong dengan warna umum abu-abu gelap. Begitu pun dalam penggunaannya sebagai susunan jalan setapak, karena jenis batu kali ini mudah didapat dan relatif ekonomis. Penggunaan batu kerakal sebagai bahan pendukung dalam arsitektur bangunan masa kini fungsinya lebih ke arah artistik yang saat ini sedang populer tema ‘back to nature’ (Solehuddin: 2009).

IV. Fungsi batu kerakal di dalam pemukiman masa Majapahit
Wilayah negara Indonesia memiliki banyak gunung berapi sehingga kaya akan jenis batuan, salah satunya adalah batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari lava yang keluar dari dalam perut bumi kemudian membeku di atas permukaan bumi. Batu andesit termasuk ke dalam kategori batuan beku. Salah satunya batu kali berupa batu kerakal yang banyak digunakan dalam pemukiman pada masa Majapahit tergolong batuan andesit. Masyarakat Majapahit dulu mudah mendapatkan batu-batu tersebut karena di Pulau Jawa terdapat banyak sekali gunung berapi. Candi-candi yang dibangun di Pulau Jawa kebanyakan tersusun dari jenis batuan andesit. Karena batu andesit melimpah, masyarakat Majapahit dulu memanfaatkannya dalam pembangunan pemukiman masyarakat. Terutama batu kerakal yang sudah dibahas sebelumnya, digunakan pada halaman rumah dan jalan setapak. Batu kerakal disebar di halaman atau jalanan setapak hingga menutupi seluruh permukaan tanah. Tidak jauh berbeda dengan fungsinya dalam arsitektur bangunan masa kini, pada masa pemukiman masyarakat Majapahit sebaran kerakal tersebut mungkin berfungsi agar halaman rumah tampak rapi, tidak berdebu di musim kemarau dan tidak becek di musim hujan (Sumber: Pusat Informasi Majapahit, Trowulan), begitu pun berfungsi sama sebagaimana digunakan untuk jalanan setapak. Tampak pada hasil kotak penggalian, batu-batu kerakal disusun dengan rapi dan padat sehingga tidak mudah terlepas dari permukaan tanah, hal itu menunjukkan batu-batu kerakal menjadi bahan utama yang menyusun permukaan jalanan setapak dan halaman rumah, dan mungkin pada saat itu menjadi tradisi masyarakat Majapahit karena sebaran batu kerakal banyak dijumpai di berbagai Situs di Trowulan.


V. Kesimpulan
Permukaan halaman rumah dan jalanan setapak pada pemukiman masyarakat Majapahit ditutupi oleh batu kerakal. Batu kerakal berfungsi agar halaman rumah tampak rapi, tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan begitupun halnya berfungsi sama pada penggunaannya di jalanan setapak. Batu kerakal yang biasa digunakan pada masa pemukiman masyarakat Majapahit adalah batu kali atau batu bronjol yang tergolong ke dalam kategori batuan andesit dengan bentuk bulat-lonjong berwarna umum abu-abu gelap.
Belum diketahui fungsi sebenarnya dari sebaran kerakal yang dijumpai di kotak AE’22, AE’23 dan AE’24 apakah sebaran kerakal dari sebuah halaman rumah atau jalanan setapak. Untuk mengetahuinya harus mengekskavasi lebih banyak kotak ke arah selatan untuk menampakkan sampai sejauh mana batas kesinambungan sebaran batu-batu kerakal tersebut.


Sumber referensi:

Wijaya, Irwan. dan Titut Wibisono., Batu Alam, Ragam dan Fungsi untuk
Bangunan (Jakarta: Griya Kreasi, 2006)

Solehuddin., Kreasi Unik Batu Alam (Jakarta: Griya Kreasi, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar